Buku Fiksi

12 Likes Comment

Dalam dunia perbukuan dan penerbitan, Anda pasti pernah mendengar istilah buku fiksi. Banyak orang yang berpikir bahwa buku tentang fiksi pasti isinya adalah imajinasi belaka,tanpa menyertakan perspektif logis dan realistis di dalamnya.

Hal tersebut tentu saja tidak benar. Sebab, meskipun fiction book menggunakan tokoh khayalan, namun banyak kali penulis menggunakan sosok figur nyata yang menjadi inspirasi tokoh tersebut.

Selain itu, membangun cerita juga harus berdasarkan pada hal yang logis, kecuali dalam buku yang memang mengangkat genre fantasy.

Bagi kamu yang penikmat cerita fantasi seperti kisah superhero, termasuk juga kisah tentang Harry Potter. Nah, itu termasuk dalam deretan buku berkategori fiksi. Simak info lebih jelas tentang buku fiksi mulai

Baca Juga: Bahasan Lengkap Buku Non Fiksi

Apa Itu Buku Fiksi

Buku fiksi adalah sebuah tulisan yang dibukukan dengan cerita yang dibangun berdasarkan rekaan, imajinasi atau khayalan pengarangnya. Imajinasi tersebut meliputi jalan cerita, karakter tokoh hingga tempat yang menjadi latar belakang cerita.

Ciri Ciri Buku Fiksi

Terdapat setidaknya 5 ciri - ciri buku fiksi yang bisa Kamu pahami untuk menentukan sebuah buku itu masuk kategori fiksi atau non fiksi.

1. Imajinatif

Seperti yang sudah dibahas di atas, karya fiksi memang berdasarkan pada imajinasi pengarangnya. Jadi, sudah barang tentu alur cerita dan penokohan menjadi hak penulis.

Namun, meskipun imajinasi, tetapi tidak jarang cerita tersebut terinspirasi dari kisah nyata yang kemudian diberi polesan agar bisa sesuai dengan keinginan penulisnya. Bahkan tidak jarang sebuah cerita lahir karena pengalaman pribadi penulisnya.

2. Kebenarannya Relatif

Karena didasarkan pada rekaan yang diciptakan sepenuhnya oleh penulis, maka kebenaran yang terkandung di dalam buku tersebut tentu relatif.

Bisa saja ada beberapa unsur di dalam cerita tersebut benar adanya, karena hal tersebut disaksikan atau ditemukan oleh penulis sebagai dasar pembangunan alur.

Namun, bagi pembaca, mereka pasti menganggap bahwa semuanya hanya rekaan semata dan tidak ada kebenaran mutlak yang ada di dalam buku tersebut.

Atau bisa juga malah terbalik. Bagi penulis, tulisan yang dibuatnya murni imajinasi, tetapi bagi pembacanya, buku yang berhasil dipublikasi tersebut memiliki kebenaran yang diyakini memang benar terjadi.

Hal tersebut terjadi karena memang dalam penulisan fiksi, tetap harus menyertakan hal-hal logis yang memang sudah terbukti.

Misalnya, jika sebuah novel mengambil latar belakang kota Yogyakarta, maka tidak boleh di dalam cerita buku fiksi tersebut digambarkan suasana yang sedang turun salju.

Itu dikarenakan sudah menyalahi fakta geologis yang sebenarnya. Sebab kota Yogya berada di iklim tropis yang tidak mungkin bisa mengalami hujan salju. Maka meskipun fiksi, harus tetap melalui riset agar tidak melenceng dari kebenaran hakiki yang sudah ada.

3. Bahasanya Bersifat Konotatif

Anda pasti sering membaca buku jenis fiksi yang menggunakan kalimat bersayap. Buku fiksi biasanya disajikan dengan menggunakan bahasa yang indah dengan kalimat yang bertumpuk penuh dengan kalimat konotatif. 

Misalnya, untuk menggambarkan sebuah gaun yang memiliki ekor sepanjang dua meter, penulis bisa saja menggunakan kalimat “gaun dengan untaian ekor sepanjang tiga anak panah”.

Memang sepertinya berlebihan jika digunakan dalam bahasa sehari-hari. Tetapi begitulah dengan karya fiksi. 

Penggunaan bahasa dengan narasi indah semacam itu diperlukan guna merangsang imajinasi pembacanya dan untuk membangun suasana agar tidak terlihat kaku dan formal. Penggunaan bahasa semacam ini bisa menjadi sarana penyegaran pikiran.

4. Tidak ada Sistematika Baku

Hal inilah yang membedakan buku fiksi dan non fiksi. Sebab, dalam karya fiksi, tidak ada aturan baku yang mengharuskan sebuah tulisan digarap.

Aturan ini tentu berbeda dengan karya non fiksi yang penuh dengan aturan mengikat yang tidak bisa ditiadakan begitu saja.

Penulis bebas menggunakan alur maju, mundur, campuran keduanya atau bereksplorasi sesuai dengan keinginannya. Nantiya, pembaca yang akan menjadi juri tentang berhasil atau tidaknya penulis mengekspresikan idenya dengan semua kalimat yang mereka susun tersebut.

5. Menyasar Emosi Pembaca

Tujuan penulisan buku fiksi adalah sebagai hiburan alih-alih sebagai karya seni semata. Sebuah tulisan yang berhasil adalah tulisan yang mampu menyampaikan pesan yang dikehendaki penulis kepada pembacanya.

Sebuah tulisan yang bagus harus bisa menggerakkan emosi pembacanya, membuat mereka larut dengan suasana yang dibangun.

Tak heran, seseorang yang sedang membaca bisa sampai menangis, kesal maupun tertawa ketika membaca sebuah tulisan fiksi. Jika ini terjadi, maka berarti pesan yang disampaikan dalam tulisan tersebut sampai ke hati pembacanya.

Struktur Buku Fiksi

Tidak hanya buku non fiksi saja yang memiliki struktur penulisan, buku fiksi pun demikian. Terdapat 6 susunan dalam struktur buku fiksi sebagai berikut:

1. Abstrak

Buku nonfiksi juga memiliki bagian yang bernama abstrak, biasanya berisi tentang garis besar permasalahan yang dibahas di dalam buku tersebut.

Hal ini sama dengan yang ada di buku fiksi. Hanya saja, penulisan abstrak di karya fiksi tidak segamblang non fiksi, sehingga pembaca masih dibuat penasaran akan isi cerita karena tidak ada kesimpulan yang ada di dalamnya.

Abstrak berbeda dengan ringkasan cerita. Sebab dalam ringkasan cerita, dibahas mulai dari pertama hingga akhir beserta dengan konflik-konfliknya secara sederhana dan singkat.

Sedangkan abstrak di dalam karya fiksi hanya menceritakan garis besar, bahkan sering menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang akan membuat rasa ingin tahu pembaca meningkat.

2. Orientasi

Biasanya, struktur orientasi ini dimilki oleh novel, cerpen, fabel dan dongeng. Sedangkan puisi tidak memilikinya. Orientasi umumnya terletak pada bagian awal karena berisikan tentang pengenalan unsur cerita.

Sedikit demi sedikit tokoh-tokoh diperkenalkan, demikian pula dengan latar belakang hingga tema dan isu yang diangkat.

Penjelasan yang dirakit dari sedikit inilah yang membangun cerita menjadi utuh dan menjadi pengalaman membaca yang menyenangkan.

3. Kompilasi

Bagian ini merupakan bagian yang paling menarik. Hal ini disebabkan pada bagian inilah masalah yang dihadapi para tokoh mulai bermunculan. Pada bagian ini, situasi mulai menegang dan sedikit demi sedikit memuncak.

4. Evaluasi

Setelah mengalami ketegangan di bagian kompilasi, maka urat syaraf pembaca bisa sedikit mengendur pada bagian ini. Sebab pada bagian evaluasi inilah biasanya muncul cara-cara penyelesaian masalah yang dipertimbangkan oleh para tokoh dan mungkin akan dilakukan. 

5. Resolusi

Pada bagian ini, tokoh utama serta beberapa tokoh lain yang karakternya berkembang, sudah mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah hingga akhirnya mendapati akhir cerita.

Dalam pungkasan cerita, bisa saja tokoh utama mengalami kebahagiaan, namun bisa juga kesedihan. Semuanya tergantung dari cara penulis menuangkan idenya. 

6. Koda (reorientasi)

Bagian yang juga kerap disebut dengan re-orientasi ini adalah bagian dari buku yang membahas mengenai pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembacanya. Biasanya isu yang diangkat adalah seputar pesan moral yang menjadi keresahan hati pengarang tersebut.

Perbedaan Buku Fiksi dan Non Fiksi (Fiksi Vs Non Fiksi)

Apa Bedanya Buku Fiksi dan Non Fiksi?

Lanjut ke pembahasan berikutnya yakni hal yang perlu Kamu tahu soal perbedaan antara buku fiksi dan buku non fiksi, simak penjelasannya berikut ini.

1. Buku Fiksi

Ciri ciri buku fiksi yang membedakannya dengan non fiksi yang pertama tentu mengenai dasar pembangunan cerita. Karya fiksi, sesuai dengan namanya, berdasarkan pada hal-hal yang tidak nyata atau berupa rekaan saja.

Meskipun inspirasinya berasal dari tokoh atau pengalaman yang benar terjadi, tetapi karena ditambahi dengan bumbu imajinasi maka tetap disebut sebagai fiksi.

Sifat dari karya fiksi adalah imajinasi yang menghibur. Jadi, penulis bebas menuangkan inspirasinya. Sumber ide pun bisa dari mana saja, film, musik, cerita fiksi lain, pengamalan pribadi dan lain sebagainya.

Karya fiksi modern lebih banyak memiliki celah imajinasi dibandingkan dengan karya sastra yang lebih konvensional. Meski demikian, keduanya tetap berakar dari sebuah ide dan imajinasi.

Perbedaan selanjutnya terletak pada bagian pemilihan bahasa. Salah satu yang menarik dari karya fiksi adalah penggunaan bahasanya. Tiap genre menampilkan gaya bahasa yang berbeda. Selain itu, beda penulis juga memiliki gaya penulisan yang berbeda.

2. Buku Non Fiksi

Berbeda dengan karya fiksi, karya non fiksi harus menampilkan data yang faktual. Jadi penulisan yang terdapat dalam buku non fiksi haruslah dapat dipertanggungjawabkan secara nyata. Maka penulisan karya non fiksi tidak bisa sembarangan, sebab sudah terdapat kaidah yang mengaturnya.

Sifat buku non fiksi yang faktual membuat isi dari buku ini haruslah informatif. Isu-isu yang berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan maupun sosial harus bisa dikemas secara detail sehingga dapat menjadi masukan bagi perkembangan penelitian selanjutnya.

Karena harus menampilkan konten yang informatif, maka pemakaian kalimat dalam buku  non fiksi haruslah padat dan jelas tanpa memberikan ruang untuk pemahaman yang ambigu. Sebab informasi yang tidak jelas tentu dapat menyesatkan dan berbahaya.

Persamaan Buku Fiksi dan Non Fiksi

Buku fiksi dan non fiksi adalah sebuah karya yang harus dihargai. Sebab keduanya memiliki persamaan yaitu harus melalui riset terlebih dahulu sebelum dipublikasikan.

Bahkan tidak jarang, riset yang dilakukan untuk cerita fiksi pun harus menempuh perjalanan yang panjang. Hal ini agar kesan nyata yang dibawa dalam cerita bisa benar-benar terasa.

Selain itu, sebelum dipublikasikan, baik buku fiksi maupun non fiksi pasti melalui proses penyuntingan. Hal ini dilakukan bukan hanya untuk menghindari salah ketik,  tetapi juga untuk menemukan kejanggalan atau ketidaksesuaian fakta.

Unsur Unsur Buku Fiksi dan Penjelasannya

Ada 6 unsur yang membentuk sebuah buku fiksi dan berikut ini penjelasannya.

1. Tema 

1Ada beragam tema yang bisa diangkat sebagai dasar membangun cerita fiksi. Bisa dikatakan bahwa tema adalah dasar utama dalam membuat cerita. Baru kemudian dari tema tersebut dipetakan menjadi bagian-bagian yang lebih detail.

Karya populer seperti umumnya mengangkat kehidupan modern kaum urban sedangkan karya sastra biasanya berangkat dari tema tentang isu sosial, politik maupun kemanusiaan. Namun, hal tersebut bukan hal yang baku. 

2. Latar

Unsur yang dimaksudkan dengan latar bisa berupa tempat kejadian cerita tersebut, waktu maupun suasana yang menjadi dasar sebuah cerita dibangun.

Misalnya sebuah novel akan mengangkat cerita tentang tahun 1990-an, maka semua detail yang ada di dalam cerita tersebut haruslah selaras dengan suasana tahun 1990-an.

Jadi, tidak mungkin seseorang memilih latar 1990-an tetapi para tokohnya sudah menggunakan telepon genggam sebagai sarana komunikasi.

Pemilihan latar juga akan mempengaruhi cara pandang tokoh maupun hal-hal sentimentil yang membawa pembaca kembali mengingat suasana pada tahun 90-an.

3. Tokoh 

Ada tiga buah karakter tokoh yang umumnya ada di dalam buku fiksi. Karakter pertama adalah tokoh protagonis yang menjadi tokoh dengan sifat baik serta positif, umumnya tokoh utama memiliki sifat ini.

Karakter kedua adalah antagonis. Sifat yang dimiliki oleh tokoh antagonis berkebalikan dengan tokoh protagonis. Umumnya tokoh antagonis menjadi musuh bagi pembaca, namun tidak sedikit pula yang malah mengidolakan tokoh ini.

Sedangkan tokoh ketiga adalah tritagonis yang umumnya menjadi karakter penengah yang memiliki sifat perpaduan antara kedua sifat sebelumnya. 

4. Alur 

Unsur keempat yaitu alur, Alur merupakan urutan waktu yang membantu pembaca untuk memahami rangkaian peristiwa yang terjadi pada tokoh-tokoh di dalam buku.

Penggunaan alur tidak harus selalu alur maju, yatu bercerita dari awal hingga akhir penyelesaian masalah. Bisa saja digunakan alur mundur, yaitu dari akhir cerita hingga ke awal mula terjadinya konflik, atau malah perpaduan keduanya. 

5. Gaya bahasa

Unsur yang selanjutnya adalah gaya bahasa, unsur ini merupakan penegasan yang digunakan penulis untuk menguatkan gagasannya. Gaya bahasa atau majas yang digunakan bisa bermacam-macam, misalnya perbandingan, pertentangan dan lain sebagainya. 

6. Amanat

Biasanya, bagian dari unsur karya fiksi yang memuat amanat diletakkan pada bagian akhir. Pasangan jenis karya fiksi yang umum menyematkan amanat adalah fabel dan dongeng.

Sedangkan pada novel, biasanya penulis melemparkan pada pembaca untuk mendapatkan amanat melalui pesan yang mereka tangkap secara pribadi.

Membandingkan Unsur Buku Fiksi dan Nonfiksi

Unsur yang karya fiksi miliki tentu berbeda dengan non fiksi. Dalam buku non fiksi tidak terdapat penokohan, gaya bahasa maupun alur, sebab tulisan yang ada di dalamnya adalah penjelasan tentang data serta penelitian yang sudah didapatkan. 

Tetapi buku non fiksi memiliki tema, yaitu isu yang diangkat dalam penelitian atau karya ilmiah tersebut. Penulisan karya non fiksi juga berangkat dari sebuah latar belakang, yaitu pencetus lahirnya penelitian atau pengamatan terhadap sebuah isu.

Unsur Intrinsik Buku Fiksi

Buku fiksi bisa kita lihat secara mudah dan cepat dari unsur yang ia miliki. Untuk unsur intrinsik, sudah kita bahas di atas, yaitu meliputi tema, latar, tokoh, alur, gaya bahasa dan amanat.

Sedangkan untuk unsur ekstrinsiknya bisa sangat beragam, mulai dari latar belakang pendidikan penulis, kebudayaan dan nilai serta masih banyak lagi.

Link Terkait: Jenis - Jenis Buku Fiksi

Jenis Jenis Buku Fiksi

Ada enam jenis buku fiksi yang perlu kamu tahu, berikut ini penjelasanya.

Sumber: Twitter

1. Novel

Ciri utama yang menjadikan sebuah buku cerita disebut sebagai novel adalah jumlah halaman buku fiksi yang digunakan. Umumnya, sebuah novel memuat minimal 400 halaman atau kurang lebih 100.000 kata. 

Alur cerita yang digunakan dalam novel juga kompleks, termasuk juga penokohannya. Untuk gaya penulisan kalimatnya umumnya menggunakan perpaduan antara narasi dan deskripsi sehingga mampu menciptakan kesan visual bagi yang membacanya. 

Novel masih dibagi lagi ke dalam beberapa genre seperti fantasi, science fiction, romance, horor, misteri, teenlit, chicklit, metropop, komedi, inspirasi, thriller, sejarah, psikologi, family saga dan petualangan. 

2. Novelet

Unsur maupun genre yang dimiliki oleh novelet sama dengan novel. Hal yang membedakan keduanya adalah jumlah halaman yang dimiliki.

Jika novel memiliki jumlah halaman hingga 400, novelet umumnya hanya berkisar antara 60 - 150 halaman saja. Hal tersebut tentu membuat alur penceritaan pada novelet harus lebih cepat namun tetap kompak. 

3. Cerpen

Jika dibandingkan dengan novel maupun novelet, cerpen memiliki halaman yang lebih sedikit. Biasanya cerpen hanya habis dalam 3 atau 4 halaman saja. Namun untuk unsur yang terdapat di dalam cerpen sama dengan yang ada di dalam novel maupun novelet. 

4. Puisi

Zaman dahulu, puisi selalu identik dengan kalimat yang mendayu-dayu yang dibagi dalam beberapa baris. Setiap kata yang dipilih harus berima dan memiliki irama yang menarik untuk dibaca.

Seringkali kalimatnya tidak utuh. Tidak menggambarkan secara keseluruhan isi cerita, layaknya novel, novelet maupun cerpen.

Namun sekarang ini sudah banyak pengarang yang menciptakan sebuah puisi dengan narasi yang lebih panjang. Meskipun hal ini masih menjadi perdebatan beberapa ahli puisi, namun nyatanya puisi naratif ini tetap disukai. 

5. Dongeng 

Dongeng merupakan jenis buku fiksi yang banyak memuat tentang kisah-kisah fantasi. Cerita rakyat, dunia fantasi, fabel juga bisa juga digolongkan dalam buku dongeng. Kisah-kisah ini memiliki unsur imajinasi yang kuat sehingga unsur logika seringkali ditiadakan. 

6. Komik

Cerita dengan gambar-gambar menarik yang dibuat dalam panel-panel merupakan ciri dari komik. Tidak seperti novel yang menggunakan kalimat panjang, komik lebih mengedepankan dialog para tokohnya sehingga mirip seperti percakapan sehari-hari.

Contoh Buku Fiksi

Sumber: Popbela.com

Berikut ini contoh - contoh buku fiksi berdasarkan jenis jenisnya.

  1. Novel : Harry Potter karya J.K. Rowling, Project D karya Elsuya, Aropy karya Sayful Anwar, Harmoni karya Haeruddin, Promise karya Dwitasari dan masih banyak lagi.
  2. Novelet : A Christmas Carol karya Charles Dickens, 
  3. Puisi : Hujan di Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, Melihat Api Bekerja karya Aan Mansyur dan masih banyak lagi. 
  4. Cerpen : Sayap Anjing karya Triyanto Triwikromo, Seribu Kunang-Kunang di Manhattan karya Umar Kayam, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi karya Seno Gumira Ajidarma dan masih banyak lagi.
  5. Dongeng : Piknik Seru karya Anita Hairunnisa, Panda and Polar Bear karya Matthew J. Baek, The Ugly Duckling karya Hans Christian Andersen dan masih banyak lagi.
  6. Komik : Detektif Conan karya Gosho Aoyama, Doraemon karya Fujiko F. Fujio, Astro Boy karya Osamu Tezuka dan masih banyak lagi.

Contoh Resensi Buku Fiksi

Pada bagian ini akan dicontohkan tentang resensi salah satu karya fiksi dengan judul london.

1. Tentang Buku

Judul: London

Penulis: Windry Ramadhina

Tahun Terbit : 2013

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Tebal Novel: 327 halaman

2. Sinopsis

Sesuai dengan namanya, latar belakang dari novel ini memang lebih menitikberatkan pada kota London. Cerita tersebut dibawa oleh seorang penulis romansa bernama Gilang yang memiliki kisah cinta rumit dengan sahabatnya yang bernama Ning.

Ning digambarkan sebagai gadis yang sangat mencintai seni rupa yang akhirnya membawanya untuk pergi ke London. Kepergian Ning menjadi sebuah duka tersendiri pada diri Gilang karena tidak mampu mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya sebelum kepergian Ning.

Di puncak rindunya, Gilang memutuskan menyusul Ning dan berpamitan dengan teman-temannya. Namun ternyata, di London, Gilang malah bertemu dengan seorang gadis misterius.

Kehadiran gadis yang kadang muncul kadang menghilang ini membawa Gilang pada kebimbangan perasaan.

Lantas apakah yang akan dilakukan Gilang? Tetap memilih mengungkapkan cinta pada sahabatnya? Atau memilih cinta baru yang ditemukan apa pada hari hujan?

3. Kelebihan

Sama seperti novel Windry Ramadhina yang lainnya, pemilihan bahasa yang ringan dengan alur yang menarik selalu menjadi daya tarik novel romansa ini. Selain itu, Kota London dideskripsikan dengan sangat detail namun tidak membuat bosan.

4. Kekurangan

Satu hal yang membuat novel ini terasa kurang menarik adalah pemilihan gambar dan font untuk sampul.

Contoh Peta Konsep Buku Fiksi

Di atas merupakan contoh penulisan konsep untuk karya fiksi yang ditulis dengan sederhana. Nantinya tiap elemen masih bisa dipecah lagi. Misalnya untuk tokoh, bisa disebutkan siapa saja tokoh yang akan terlibat, lengkap dengan sifat, perawakan, keunikan hingga kejadian yang mempertemukan mereka.

Penentuan bentuk fisik ini juga boleh menggunakan gambar visual sehingga penggambaran tokohnya bisa lebih nyata. Tokoh juga harus digambarkan dengan sikap yang natural.

Sebab tidak ada orang yang seratus persen baik maupun jahat, sehingga perubahan karakter harus berdasarkan alasan yang jelas. Penjabaran detail unsur lainnya juga bebas, tergantung dari riset dan tujuan yang ingin dicapai penulis.

You might like

About the Author: Abdurokhim

Hanya suka menulis dan punya ketertarikan dalam dunia pendidikan, teknologi, bisnis dan desain

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kirim WA
Konsultasi Publikasi
Hello Edukasiana, Saya mau publikasi jurnal